Dongeng
dari Inggris.
Dahulu saat peri-peri masih sering mengunjungi manusia,
mereka sering pergi ke pemukiman-pemukiman penduduk dengan menyamar.
Tujuannya adalah untuk mengetahui sifat-sifat penduduknya. Mereka yang
bertingkah buruk saat menerima para peri tersebut, akan mendapatkan bencana
seumur hidup mereka. Beruntunglah bagi mereka yang bersikap baik, karena para
peri tidak segan-segan menghadiahkan berbagai hadiah untuk mereka.
Malam itu Morgan ap Rhys, menikmati kesendiriannya di
depan perapian. Menikmati kepulan asap dari pipa tembakaunya dengan ditemani
secangkir air jahe yang hangat. Aliran air hangat yang dihirupnya
membangkitkan semangat di dalam dirinya sehingga tanpa disadari dia mulai
bersenandung. Tidak jelas lagu apa yang dinyanyikannya, tapi suaranya yang
indah membuat senandung itu begitu merdu. Dia sangat berhati-hati dalam
memilih nada, karena sedikit saja nadanya meleset, maka lagu tersebut tidak
lebih berarti dari suara lenguhan sapi, begitu pikirnya.
Morgan sangat menikmati lagu ciptaannya. Sayang, tidak ada
seorangpun yang menikmati lagunya. Tiba-tiba terdengar ketukan di pintu. “Wah
rupanya ada orang yang mendengar laguku,” pikir Morgan. Maka dia bernyanyi
dengan lebih bersemangat.
Kembali terdengar ketukan di pintu. “Hola! Masuklah! PIntu
itu tidak dikunci. Mari. Mari,” kata Morgan.
Pintu tebuka, dan masuklah 3 orang pengelana yang
berpakaian lusuh dan berantakan. Jika anda menebak mereka adalah peri yang
menyamar, anda benar. Mereka ingin tahu bagaimana sikap Morgan saat menerima
tamu yang tidak dikenalnya.
“Selamat malam tuan!” kata peri. “Kami kelelahan dan kelaparan. Bolehkah kami meminta sedikit makanan untuk mengisi kantung perbekalan kami. Dan setelah itu kami akan pergi.”
“Oh tentu! Tentu! Bagaimana kalau roti dan keju? Silahkan
ambil sendiri sebanyak yang kau mau!” kata Morgan.
Sementara para pengelana itu makan dan minum dengan lahap,
Morgan menghibur mereka dengan bersenandung riang hingga tamunya merasa
terhibur.
Para pengelana yang adalah peri itu sangat senang dengan
perlakuan Morgan terhadap mereka. Saat akan meninggalkan rumah Morgan mereka
berkata: “Terima kasih. Anda baik sekali! Dan karena anda telah bersikap
begitu baik, kami akan memberikan hadiah untukmu. Sebutkanlah satu keinginanmu
dan kami akan memenuhinya!”
“Yah sebenarnya sih aku ingin sekali memiliki sebuah harpa. Yang seperti apapun aku memetik senarnya, dia akan menghasilkan musik yang bisa membuat orang bahagia dan menari. Meski seperti yang kau lihat, tidak ada jiwa pemusik sedikit pun di diriku. Tapi kalian kan cuma bercand….”
Wuzz!! Sebelum Morgan selesai bicara, secara ajaib muncul
sebuah harpa yang indah di depannya. Dia terkejut dan kemudian menyadari
bahwa tamu-tamunya telah menghilang. “Mereka pastilah peri!” pikirnya.
Morgan mengelus-elus harpanya karena takut harpa itu akan
hilang dan dia hanya berhalusinasi karena mabuk kebanyakan minum air jahe.
Tapi tentu saja harpa itu tetap ada di situ meski pikirannya sudah kembali
sejernih air. Maka dia pun mulai mencoba memetik senarnya. Begitu jari Morgan
menyentuh senarnya, mengalunlah musik yang menghentak. Kemudian tiba-tiba
istri Morgan dan beberapa orang lagi menyerbu masuk dan mulai menari. Dan
selama jari-jari Morgan masih menempel di harpanya, mereka terus menari seperti
orang gila.
Berita mengenai Morgan yang memiliki harpa ajaib tersebar
fengan cepat. Banyak orang berdatangan hanya untuk melihat dan membuktikan
kebenaran berita itu. Dan Morgan akan memetik harpanya sehingga mereka yang
datang tidak bisa menahan diri untuk tidak menari. Orang-orang dari tempat
jauh berdatangan untuk menari. Orang tua jompo dan bahkan orang yang berkaki
satu pun tiba-tiba dapat menari dengan lincah begitu mendengar musik dari
harpa tersebut.
Suatu hari datanglah seseorang yang pernah menghina Morgan
dan Morgan yang masih merasa sakit hati memutuskan untuk membalas dendam.
Dipetiknya harpanya dan mulailah orang itu menari. Semakin lama musiknya
semakin cepat dan orang tersebut menari semakin gila hingga ia merasa
kelelahan dan berteriak meminta Morgan untuk berhenti. Namun alih-alih
mengentikan musiknya, Morgan semakin bersemangat dan tertawa terbahak-bahak
hingga berurai air mata. Barulah setelah orang itu terkapar pingsan karena
kelelahan, Morgan mengentikan musiknya. Dia merasa puas dengan pembalasan
dendamnya.
Namun itulah terakhir kalinya Morgan memainkan harpa
ajaibnya. Karena esok harinya ketika ia bangun dari tidurnya, harpa itu telah
lenyap. Rupanya para peri tidak senang dengan kelakuan buruk Morgan dan
memutuskan untuk mengambil kembali hadiahnya. Itulah pelajaran bagi orang
yang menyia-nyiakan hadiah atau rizki dari Tuhan. Jangan sampai Dia murka dan
mengambil kembali apa yang telah diberikan Nya pada kita.
(SELESAI)
|