Dongeng dari India.
Pada jaman dahulu
kahyangan adalah tempat dimana para bidadari yang berparas jelita dan
dewa-dewa tinggal. Adalah seorang bidadari yang memiliki wajah paling jelita
bernama Dewi Kumandang. Sesuai namanya, selain cantik, Dewi kumandang pun
bersuara merdu mendayu. Meski banyak bidadari lain yang iri akan
kecantikannya, namun banyak pula bidadari yang akrab dengannya. Itu karena
Dewi Kumandang tidak pernah sombong dengan kelebihannya dan selalu ramah pada
siapapun.
Salah satu bidadari yang
membencinya adalah istri Betara Guru yang merupakan raja para bidadari dan
dewa-dewa. Pasalnya Betara Guru terlihat jelas sangat menyukai Dewi
Kumandang. Setiap hari selama berjam-jam betara Guru menghabiskan waktunya di
taman sari hanya untuk mendengar dan melihat Dewi Kumandang menyanyi dan
menari bersama teman-temannya.
Tidak hanya betara Guru
yang tertarik pada Dewi Kumandang. Dewa-dewa lain pun telah banyak yang
menawarkan cintanya, namun selalu ditolak dengan halus olehnya. “Saya masih
belum mengerti masalah cinta,” katanya selalu. “Saya masih ingin menghabiskan
waktu bersama teman-teman tanpa beban.”
Namun isti betara Guru
tidak percaya akan keluguan Dewi Kumandang. Menurutnya Dewi Kumandang hanya
berpura-pura lugu untuk menarik hati para peminatnya. Hari ke hari bencinya
kepada Dewi Kumandang semakin besar, hingga timbullah niat jahat di hatinya.
“Akan kucelakakan dia,” batinnya.
Berbagai cara dilakukan
untuk mencelakankan Dewi Kumandang, namun usahanya selalu gagal karena Dewi
Kumandang selalu ditolong oleh teman-temannya. Hingga ssuatu hari saat Dewi
Kumandang sedang mandi di telaga sendirian, istri betara Guru menghampirinya.
“Hai Dewi Kumandang! Kau bidadari rendahan! Bisamu hanya menggoda suami orang lain,” katanya.
“Hai Dewi Kumandang! Kau bidadari rendahan! Bisamu hanya menggoda suami orang lain,” katanya.
“Wahai betari, ada apa
gerangan paduka memarahiku? Apa kesalahanku?” tanya Dewi Kumandang.
“Ah, jangan pura-pura lugu. Bukankah kau sengaja menggoda para dewa dengan kecantikan dan suaramu? Hingga suamiku tergila-gila olehmu!” bentaknya. “Aku tidak akan menghabiskan energiku dengan bertengkar denganmu. Dewi kumandang, aku tidak suka suaramu yang menggoda itu, maka sejak saat ini, aku mengutukmu! Kau tidak akan lagi bisa berbicara apalagi bernyanyi. Kau hanya bisa menirukan satu patah kata terakhir yang terdengar di telingamu!”
“Ah, jangan pura-pura lugu. Bukankah kau sengaja menggoda para dewa dengan kecantikan dan suaramu? Hingga suamiku tergila-gila olehmu!” bentaknya. “Aku tidak akan menghabiskan energiku dengan bertengkar denganmu. Dewi kumandang, aku tidak suka suaramu yang menggoda itu, maka sejak saat ini, aku mengutukmu! Kau tidak akan lagi bisa berbicara apalagi bernyanyi. Kau hanya bisa menirukan satu patah kata terakhir yang terdengar di telingamu!”
Petir menggelegar selepas
istri betara Guru melepaskan kutukannya. Dewi Kumandang ingin berteriak
membela dirinya, namun tidak ada suara yang terdengar dari bibirnya. Tahulah
ia bahwa kutukan itu sudah terjadi. Dewi Kumandang sangat bersedih, namun apa
daya istri betara Guru adalah bidadari yang sangat sakti. Tidak ada yang bisa
menolongnya mencabut kutukan tersebut.
Sejak saat itu Dewi
Kumandang selalu bersembunyi. Dia malu dan takut dengan keadaannya. Akhirnya
suatu malam Dewi Kumandang meninggalkan kahyangan dan turun ke bumi. Di bumi
Dewi kumandang bersembunyi di sebuah gunung yang terjal. Dia pikir tidak akan
ada yang datang ke tempat seperti itu. Namun suatu pagi dia menemukan seorang
pemuda yang sangat tampan tergeletak pingsan di dasar jurang. Karena kasihan
Dewi Kumandang menolongnya hingga pemuda itu siuman. Pemuda itu terkejut
melihat seorang gadis yang sangat cantik di hadapannya.
“Hai, siapakah kau?” tanya pemuda.
“Hai, siapakah kau?” tanya pemuda.
Pemuda itu heran karena
gadis itu bukannya menjawab malah menutup mulutnya erat-erat.
“Jangan takut!” kata pemuda. “Aku hanya ingin berterima kasih.”
“Jangan takut!” kata pemuda. “Aku hanya ingin berterima kasih.”
Dewi Kumandang yang takut menirukan suara
si pemuda, lari meninggalkan si pemuda yang terkejut melihat tingkahnya.
Dengan susah payah pemuda itu berusaha mengejar Dewi kumandang.
“Tunggu!” kata pemuda.
“Tungguuuu…..” sahut Dewi
Kumandang menirukan suara pemuda itu.
“Tunggu Dewi!”
“Tunggu Dewi!”
“Dewiiii….” sahutnya.
Dewi Kumandang berlari
semakin cepat hingga pemuda itu tidak bisa mengejarnya. Sejak saat itu Dewi
Kumandang tidak pernah menampakkan diri. Kita hanya tahu keberadaannya kalau
kita berteriak di pegunungan. Jika teriakan kita ada yang meniru atau
berkumandang, artinya di sanalah Dewi Kumandang berada.
(SELESAI)