Li Hung yang tampan
adalah ajudan Raja Ming. Raja ini memerintah sebuah kerajaan kecil yang
damai. Raja Ming memiliki seorang putri cantik bernama Mei Mei. Suatu ketika,
datanglah rombongan dari kerajaan besar yang diperintah Raja Chao.
Raja Ming menyambut tamunya dan mengadakan pesta meriah. Setelah makan dan
minum seorang kakek utusan Raja Chao berkata, "Raja kami telah mendengar
berita kecantikan dan kebaikkan Putri Mei Mei. Raja ingin meminang Putri
untuk menjadi istri putranya, Pangeran Huang.
Raja Ming sangat
terkejut. Pangeran Huang terkenal suka foya-foya, walaupun adiknya, Putri Mei
Hoa, cantik dan baik budi…
"Kami berterimakasih
atas berita baik itu. Kami akan memikirkannya dan segera mengirim utusan ke
negeri anda!" jawab Raja Ming.
Rombongan dari kerajaan
Chao setuju. Mereka lalu pamit pulang. Raja Ming lalu berdiskusi dengan
permaisurinya.
"Putriku harus menikah dengan pria baik-baik!" kata Raja Ming
"Kalau pinangan Raja
Chao ditolak, apa kita tidak akan celaka? Kerajaan kita sangat kecil
dibandingkan Kerajaan Chao!" jawab Permasuri cemas.
Akhirnya Raja Ming
mengambil keputusan untuk menolak pinangan itu dengan cara halus. Ia
menyiapkan sebuah pot bunga yang indah dari pualam. Lalu mengisinya dengan
tanah dan menaruh beberapa tangkai bunga rumput. Raja menyuruh Li Hung
menyampaikannya pada Raja Chao.
"Katakan bahwa kami
tidak berani menerima kehormatan tersebut. Karena Putri Mei Mei bagaikan
bunga rumput yang tak ada harganya. Sedangkan Pangeran Huang adalah Putra
Mahkota kerajaan besar dan jaya bagaikan pot bunga pualam!" demikian
pesan sang Raja Ming.
Maka Li Hung sang ajudan
lalu berangkat. Ia membawa pot itu dengan hati-hati. Pesan sang Raja
diingatnya baik-baik. Namun pikiran dan perasannya tidak bisa menerima. Yang
benar saja, kata Li Hung dalam hati. Justru Pangeran Huang yang tak pantas
bersanding dengan Putri Mei Mei. Sebab Putri Mei Mei cantik dan baik,
sedangkan Pangeran Huang suka berfoya-foya. Semakin dekat ke Kerajaan Chao,
perasaan Li Hung semakin tidak nyaman.
Akhirnya di mengambil
suatu keputusan nekad. Ia menukar pot bunga yang dibawanya dengan pot bunga
dari tanah liat. Lalu mengisinya dengan kotoran sapi dan setangkai mawar
merah yang segar dan indah.
Ketika menghadap Raja
Chao, ia mempersembahkan pot itu. Raja Chao mengerutkan dahi dan
bertanya," Apa maksud Raja Ming?"
"Baginda, Raja Ming
mengatakan bahwa putrinya tidak layak menikah dengan Pangeran Huang. Sebab
putrinya bagaikan bunga rumput yang tak ada harganya. Sementara Pangeran
Huang bagaikan pot bunga pualam yang indah!" kata Li Hung sambil terus
bersembah sujud.
"Haaaaah, aku tak
mengerti. Ini pot berisi tanah liat kotoran sapi dan setangkai mawar yang
indah!" kata Raja Chao. "Berarti putraku bagaikan kotoran sapi,
bukan bagaikan pot bunga pualam!"
Li Hung tersenyum.
"Oooh, itu
melambangkan suara rakyat, termasuk hamba sendiri. Hamba yang menukar pot
bunga pualam dengan pot liat berisi kotoran sapi. Bunga rumput hamba tukar
dengan bunga mawar yang indah!" kata Li Hung. "Tentunya Baginda
sendiri tidak rela kalau putri Baginda menikah dengan orang yang sifatnya
tidak baik!"
Raja Chao terdiam. Ajudan Raja Ming ini mengatakan hal yang benar. Pangeran Huang memang harus memperbaiki sifat-sifat buruknya.
Raja Chao terdiam. Ajudan Raja Ming ini mengatakan hal yang benar. Pangeran Huang memang harus memperbaiki sifat-sifat buruknya.
"Tinggallah di sini
semalam dan besok engkau boleh pulang dengan membawa suraku. Aku membatalkan
pinangan tersebut!" kata Raja Chao.
Keesokkan harinya Li Hung
pulang ke negerinya. Ia membawa sepucuk surat dan mendapat hadiah dari Raja
Chao.
Li Hung sangat gembira.
Setiba di istana ia menyampaikan surat itu pada Raja Ming. Isinya antara
lain…. Aku menyadari sifat putraku yang buruk akibat ulah ajudanmu, Li Hung.
Putraku memang tidak pantas menikah dengan Putri Mei Mei. Jadi kubatalkan
pinangan itu. Namun, aku mohon agar ajudanmu yang lancang (menukar pot bunga
dan bunganya) mendapatkan hukuman yang sesuai dengan hukum di negerimu…..
Raja Ming berkata, "Li Hung, kamu berjasa sehingga pinangan Raja Ming dibatalkan. Karena itu aku memberimu hadiah sekantung uang emas. Tapi, kau lancang. Karena hanya menjalankan sebagian perintahku. Kau lancang menukar pot dan bunga kirimanku. Karena itu, sesuai hukuman yang berlaku, kau harus dibuang ke gurun pasir!"
Li Hung terperajat. Namun ia menyadari kesalahannya.
Raja Ming berkata, "Li Hung, kamu berjasa sehingga pinangan Raja Ming dibatalkan. Karena itu aku memberimu hadiah sekantung uang emas. Tapi, kau lancang. Karena hanya menjalankan sebagian perintahku. Kau lancang menukar pot dan bunga kirimanku. Karena itu, sesuai hukuman yang berlaku, kau harus dibuang ke gurun pasir!"
Li Hung terperajat. Namun ia menyadari kesalahannya.
Maka Li Hung pun pulang
ke desanya dan memberikan uang emas ke ibunya. Ia memberitahu tentang hukuman
yang harus dijalaninya. Ibunya menangis, tapi kemudian berkata, "Tuhan
akan menolongmu, Nak. Mati dan hidup manusia ada di tangan Tuhan!"
Pada hari yang
ditentukan, para prajurit membawa Li Hung ke padang gurun. Ia berjalan di
pasir yang panas. Kulitnya terbakar dan ia sangat kehausan. Akhirnya Li Hung
pingsan. Namun, ketika sadar, ia berada di kamar yang indah.
"Apa aku sudah mati? Di mana aku?" tanyanya.
"Apa aku sudah mati? Di mana aku?" tanyanya.
"Kau ada di istana.
Aku menyuruh pengawal-pengawalku menolongmu!" jawab Raja Ming.
"Terimakasih, Baginda sudah menyelamatkan nyawa hamba!" kata Li Hung.
"Terimakasih, Baginda sudah menyelamatkan nyawa hamba!" kata Li Hung.
"Kau akan kuangkat
menjadi salah satu penasihatku. Tapi, ingat! Jangan lancang. Kalau punya
gagasan bagus, rundingkan dulu sebelum ambil tindakan sendiri!" kata
Raja Ming.
Li Hung pun menjadi
penasihat Raja. Ia berkawan dengan Pangeran Huang dan menasihati Pangeran
Huang agar mengubah sifat-sifat buruknya. Beberapa tahun kemudian, Pangeran
Huang akhirnya menikah dengan Putri Mei Mei. Dan Li Hung menyunting Putri Mei
Hoa.
(SELESAI)